Langsung ke konten utama

Jasik



Jasik adalah sebuah ungkapan kasar / umpatan yang sudah sangat biasa terdengar dan digunakan didaerah Jember dan sekitarnya, tetapi dalam tulisan sederhana ini Jasik merupakan ungkapan spontan yang mempunyai sebuah akronim asik. Ada sebuah cerita yang sebenarnya lagi-lagi berhubungan dengan salah satu oknum polisi. Memang bukan ceritaku sendiri tetapi sebuah pengalaman dari seorang teman yang menurutku lumayan menarik untuk aku share kepada ente-ente semua.

Sekitar dua tahun yang lalu temanku yang bernama Budi (nama samaran) sedang mengendarai sepeda motornya dari arah salah satu toko buku menuju ke rumah. Sebenarnya dia menyadari bahwa lampu lalu-lintas telah menyala kuning tetapi Budi tetap meneruskan laju motornya dan bahkan menambah kecepatannya. Selang beberapa menit Budi menyadari bahwa dirinya sedang diikuti bapak polisi dan akhirnya memang sesuai tebakannya bahwa intinya si-Budi dianggap melanggar lampu lalu-lintas. Maka digelandanglah si-Budi ke arah Pos Polisi terdekat dan ditanyai seputar surat-surat kelengkapan kendaraan dan tak lupa pula polisi tersebut menjelaskan kesalahan Budi.
Tadinya Budi ingin menolak tuduhan Polisi tersebut tetapi karena Polisi tersebut kelewat serem dan galak Budi akhirnya mengurungkan niatnya dan menerima saja tuduhan Pak Polis. Tanpa disadari sebelumnya oleh Budi ternyata dirinya bukanlah satu-satunya korban Pak Polis, beberapa saat setelah Pak Polis berceramah singkat tentang kesalahannya, si-Budi baru menyadari ada seseorang yang melewati bangku Budi. Seorang bapak-bapak yang sepertinya juga menjadi korban kelaparan Pak Polis, tetapi bapak tersebut terlihat lebih tenang menghadapi Pak Polis daripada si-Budi. Dengan senyuman hangat dan jabatan tangan erat dari bapak tersebut, Pak Polis lalu menjelaskan kesalahan si-Bapak dan endingnya bapak tersebut diperbolehkan pulang. Saat itu juga aku berpikir “WidiHh, muridnya Uya Kuya nie.... Hipnotis.” Tetapi sesaat kemudian Pak Polis juga ternyata bisa sulap, secara tiba-tiba tangan yang sebelumnya kosong sekarang ada uang Dua Puluh Ribu “AjiIbB..- Muridnya Bang Dedy nie...” Karena menyadari bahwa aku nggak bisa hipnotis maupun sulap maka akhirnya keluarlah dompet dari tempat persembunyiannya.

Setelah dilihat, dihitung, dan dipertimbangkan kembali ternyata bisa disimpulkan bahwa si-Budi hanya mempunyai satu lembar uang Sepuluh Ribu dan Satu lembar Uang Lima Puluh Ribu. Budi lalu berfikir kalaupun dia akan memberi uang Sepuluh Ribu apakah Pak Polis akan marah? tetapi jika Pak Polis diberi uang Lima Puluh Ribu dianya sendiri yang akan tidak ikhlas. Setelah mengalami perdebatan yang panjang dengan kepalanya sendiri maka Budi memutuskan untuk mencoba memberi uang Sepuluh Ribu kepada Pak Polis.

“ Maaf Pak, saya tidak mau berlama-lama disini, karena saya masih ada urusan yang lain. Kita damai sajalah Pak!” si-Budi berkata sambil menyalami (dengan uang ditangan) bapak polisi tersebut.

“Hey, apa-apaan ini? Memangnya saya polisi apaaan? Kata Pak Polis sambil membanting si-Uang diatas meja tepat didepan mata si-Budi.

Karena takut, gagap, latah dan teman-temannya. Budi secara reflek mengambil uang Sepuluh Ribu diatas meja tersebut dan menggantikanya dengan uang Lima Puluh Ribu yang berada tak jauh dari jangkauan tangan si-Budi. Dengan sigap pula Pak Polis menyergap uang yang bisa dikatakan masih dalam jangkauan tangan panjangnya. Lalu tiba-tiba Pak Polis berkata.

“Ya, sudah dhik kamu boleh pulang. Tetapi ingat jangan sekali-kali melanggar lampu lalu-lintas lagi.”

Tadi pertama kali Budi masuk kedalam Pos Polisi, perasaannya seperti memaksa dia untuk harus segera keluar dari Pos Polisi tersebut. Tetapi setelah dia diperbolehkan pulang, ada sebuah perasaan berat yang membuat dia ingin berlama-lama disitu untuk melihat bagaimana nasib uang Lima Puluh Ribunya. Dengan perasaan berat hati akhirnya si-Budi melangkah keluar dari Pos Polisi tersebut dan mengucap kata kuncinya.

“JASIK”

“Apa, kamu bilang?” kata Pak Polis, sambil keluar dari Pos dan mendekati Budi karena mendengar ucapanku tadi.

“Ah, nggak Pak. Jaga Sikap (Jasik) supaya nanti tidak melanggar tata-tertib lagi.
Setelah mendengar jawaban Budi Pak Polis akhirnya masuk kembali dalam kandang, sedangkan Budi meneruskan perjalanannya yang tertunda.

Inti dari cerita pengalaman si-Budi adalah selalu sedia uang Pas (Dua Puluh Ribu) di dompet anda, karena jika anda tidak memberikan uang pas, Pak Polis tidak akan memberikan kembaliannya.

Komentar

  1. Top Online Casinos that Offer the Best Games in 2021 - Still
    Welcome to the online クイーンカジノ casino site that gives you the most matchpoint competitive casino game カジノ シークレット experience. There is a huge selection of online casino games that give you

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ini Motor Gue...

Selama kurang lebih satu tahun aku telah menempuh kuliah di Jember dan faktanya banyak sekali hal-hal yang lumayan menarik untuk di ceritakan. Salah satunya adalah ketika aku melihat para bikers yang selalu setia dengan tunggangannya, tidak semuanya sama, ya! Maka dari itu dari beberapa pengendara motor tersebut aku membuat tipe pengendara yang sesuai dengan motor kesayangan masing-masing, berikut ulasan singkatnya : 1. Tipe Pengendara Bijak. Tipe-tipe seperti ini adalah pengendara yang selalu taat pada aturan yang berlaku. Motor masih standar dari pabrik, menggunakan helm SNI, bersarung tangan, kaca mata hitam, bahkan menggunakan bagasi tambahan, dsb. Tetapi tak jarang juga terlihat sangat repot dengan berbagai hal yang tertempel maupun terpasang di motor sehingga terkadang orang-orang menilai tipe pengendara tersebut tipe pengendara yang sangat rempong. 2. Tipe Pengendara Dungu. Tipe-tipe seperti ini adalah tipe pengendara yang selalu berfikir bahwa semua orang di sekitar dia adalah

Dari Nama aja udah Salah

Banci, bencong, waria atau apapun sebutan mereka, sebenarnya tidak pantas bagi kita untuk membedakan dalam lingkungan sosial. Secara medis mereka disebut dengan orang yang mempunyai kepribadian ganda. Kepribadian ganda bukanlah penyakit tetapi dikategorikan sebagai kelainan. Jika beberapa orang berfikir bahwa mereka mempunyai disorientasi seksual, sebenarnya tidak juga. Disorientasi seksual lebih tepat bagi mereka yang homoseksual, ekshibisionisme, ataupun pelaku sodomi. Cara pandang kita memang berbeda tapi bukan berarti kita harus selalu mengolok-olok mereka dengan cara yang tidak sopan. Apalagi jika cara pandang kita salah. Bencis' Juga Manusia lho ya. Pandanglah mereka seperti manusia apa adanya, toh mereka tidaklah menggangu kehidupan pribadi kita. Satu hal lagi yang perlu kita lihat lebih dekat adalah cara penilaian kita terhadap orang-orang yang mempunyai kelainan seksual seperti mereka (di atas). Jika kita mendengar sebuah kata ‘banci’ maka yang ada dibenak pikiran kit