Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2011

Hp itu nyawa Gue!

Siapa diantara kalian yang belum mempunyai Hp (Handphone), atau bahkan belum pernah melihat Hp atau yang lebih parah lagi nggak tau apa itu Hp? Bagi loe-loe yang nggak Ngeh tentang Hp berarti kamu satu ras dengan Tukul “Ndeso”. Entah kalian sadari atau tidak sekarang ini Hp seperti kacang goreng, begitu murahnya sampai-sampai tukang becakpun mempunyai Hp walaupun belum tentu punya pulsanya. Bukan bunda salah mengandung memang, bukan! Tetapi salah Hp dan pengunanya yang seakan-akan tanpa Hp dunia akan “kiamet”. Hp itu seperti pacar, bagi yang sudah punya pacar berarti barang tersebut adalah selingkuhannya dan bagi yang belum punya pacar berarti dia nggak normal “pacaran ko’ sama Hp?!”.... Terkadang kita marah-marah sama mereka “Hp Goblok”, “Hp sialan”, atau bahkan yang sebaliknya kita suka membelai-belai dan yang lebih parahnya adalah menciuminya @ Huex’Ks.,..... Beberapa fakta sederhana untuk membuktikan bahwa sebenarnya kalian tidak dapat berpisah dengan Hp ente-ente semua adalah se

Yang salah siapa?

Jarak kost dengan kampus memang cukup dekat, tetapi jarak sedekat itu menurutku lebih dekat dengan rumah sakit atau bahkan pemakaman ketika kita tidak menggunakan helm. Asik memang ketika dijalan melihat banyak temen kampus yang tidak memakai helm, rambut dan wajah yang diterpa angin kelihatan ‘gimana gtu’ udah kayak syuting sinetron aja. Tapi lain soal ketika terjadi kecelakaan dan kepala menjadi taruhan pertama, berdarah-darah udah kayak syuting film horor hantu Jeruk Purut. Ndas’ku-Ndas’mu, Ndas’mu-Ndas’ku, aku dan kamu Ndas2’an, mungkin itu adalah tag line yang cocok untuk kepala yang hanya satu dan hanya punya’ku, “intinya nggak ada gantinya.” Entah kenapa ketika dari jalan dari kost ke kampus kebanyakan yang Un’helm’able adalah temen-temen ‘female’ ataukah mataku memang sedang “normal” dan “anti laki-laki” sewaktu dijalan. Jadi iseng-iseng aku mengadakan penelitian selama kurang lebih 3hari, 2malam, 1jam, lebih 20menit dan akhirnya aku menyimpulkan sendiri opini ketika aku melih

Hanya Doreng yang Bisa Begitu

Doreng merupakan sebuah kata yang berarti tentara dan kata ini pada umumnya sering digunakan oleh orang Solo atau mungkin orang jawa tengah pada umumnya. Menurut asal bahasa mungkin kata doreng berasal dari kata loreng, sedangkan kata loreng sendiri adalah sebuah istilahyang digunakan untuk tentara yang sesuai dengan pakaian mereka antara campuran hijau, hitam dan coklat. Ulasan singkat dengan doreng mungkin cukup singkat karena memang di artikelku ini tidak akan membahas tentang asal muasal sebuah kata doreng. Isi dari artikel ini adalah sebuah suara hati yang tidak nyaman ketika sebuah simbol dari doreng muncul di kawasan sipil atau masyarakat dan berbuat seenak “udelnya sendiri”, ironis memang tetapi begitulah pada kenyataannya. Beberapa dari mereka menggunakan ketakutan sipil dari sebuah simbol doreng dan anehnya tidak ada yang menegur (biasanya dari Polisi Militer), memang belum di tegur, atau yang lebih parahnya tidak tahu. Entah memang khusus atau dikhususkan, menurutku di kabup

Ini Motor Gue...

Selama kurang lebih satu tahun aku telah menempuh kuliah di Jember dan faktanya banyak sekali hal-hal yang lumayan menarik untuk di ceritakan. Salah satunya adalah ketika aku melihat para bikers yang selalu setia dengan tunggangannya, tidak semuanya sama, ya! Maka dari itu dari beberapa pengendara motor tersebut aku membuat tipe pengendara yang sesuai dengan motor kesayangan masing-masing, berikut ulasan singkatnya : 1. Tipe Pengendara Bijak. Tipe-tipe seperti ini adalah pengendara yang selalu taat pada aturan yang berlaku. Motor masih standar dari pabrik, menggunakan helm SNI, bersarung tangan, kaca mata hitam, bahkan menggunakan bagasi tambahan, dsb. Tetapi tak jarang juga terlihat sangat repot dengan berbagai hal yang tertempel maupun terpasang di motor sehingga terkadang orang-orang menilai tipe pengendara tersebut tipe pengendara yang sangat rempong. 2. Tipe Pengendara Dungu. Tipe-tipe seperti ini adalah tipe pengendara yang selalu berfikir bahwa semua orang di sekitar dia adalah

Jasik

Jasik adalah sebuah ungkapan kasar / umpatan yang sudah sangat biasa terdengar dan digunakan didaerah Jember dan sekitarnya, tetapi dalam tulisan sederhana ini Jasik merupakan ungkapan spontan yang mempunyai sebuah akronim asik. Ada sebuah cerita yang sebenarnya lagi-lagi berhubungan dengan salah satu oknum polisi. Memang bukan ceritaku sendiri tetapi sebuah pengalaman dari seorang teman yang menurutku lumayan menarik untuk aku share kepada ente-ente semua. Sekitar dua tahun yang lalu temanku yang bernama Budi (nama samaran) sedang mengendarai sepeda motornya dari arah salah satu toko buku menuju ke rumah. Sebenarnya dia menyadari bahwa lampu lalu-lintas telah menyala kuning tetapi Budi tetap meneruskan laju motornya dan bahkan menambah kecepatannya. Selang beberapa menit Budi menyadari bahwa dirinya sedang diikuti bapak polisi dan akhirnya memang sesuai tebakannya bahwa intinya si-Budi dianggap melanggar lampu lalu-lintas. Maka digelandanglah si-Budi ke arah Pos Polisi terdekat dan di