Langsung ke konten utama

Merantau


Pagi tadi gua bangun agak siang, itupun setelah alarm HP yang meraung-raung kayak sirine pemadam kebakaran. Bau embun langsung menusuk hidung karena tadi malem sempet gerimis dan ketika gua bangun faktanya badan gua yang pegal-pegal semua. Ternyata tadi malem gua ketiduran dilantai dengan alas karpet, untungnya netbook udah di setting untuk otomatis mati kalo nggak dipakai (bisa hank versi ke-2 kalo sampe semaleman hidup). Badan semua pegel-pegel than kuping terasa sakit banget gara-gara headphones yang gua pake semalem untuk nonton film.

Gila tuh orang yang ngerancang headphones, nggak perhati’in betapa tersiksanya konsumen yang pake produk mereka. Susah-susah ngumpulin uang buat beli headphones dan ketika dipake ternyata di kuping trasa sakit “GilaA.” Than Ocil -otak kecil- gua ternyata mulai lagi tanya-tanya “yang salah itu model headphones .nya yang kekecilan ato kuping gua yang terlampau gede?” Hedeh... males dah kalo dapet pertanyaan kayak gitu,.. trus gua mikir lagi, emang yang punya kuping gede cuman gua? – Ocil, “makanya besok-besok kalo mau beli headphones liat tuh ukuran kuping.” Setelah perdebatan panjang ternyata bener juga ya! Kenapa headphones itu nggak ada ukuran S, M, L ato XL sesuai dengan ukuran kuping beberapa orang? Kan, ada tuh headphones yang ukuran penampang kuping (ato apalah namanya itu) yang Gede & kecil, ada baiknya kalo ada tulisan M, ato L jadi gua dan pengguna-pengguna yang lain bisa milih sesuai ukurannya.

Tadi malem memang sengaja gua tidur agak maleman karena besok toh hari mingggu, cerita singkatnya setelah fast dinner langsung pulang than nonton film. Film yang gua tonton ini bukanlah film action luar yang biasa gua tonton tapi film indonesia yang katanya nggak berbobot (Enteng kali...) ‘Merantau’ itu judul filmnya. Dibilang expired iya juga, tapikan gua belom nonton, ya ditonton aj. Filmnya bagus, garapannya cantik dengan action perkelahian yang berdarah-darah, walaupun di beberapa adegan terlihat ganjil. Seperti kalo kalian liat waktu karakter yang bernama Asri diculik oleh Jonny dan beberapa anak buahnya dan secara nggak sengaja ditolong oleh Yuda (karakter utama). Ketika si Yuda kalah dalam perkelahian kenapa si Jonny nggak langsung membunuh si Yuda ato paling nggak si Yuda dikurung karena dengan begitu si Yuda nggak akan mengganggu bisnis dia lagi. –Ocil- tanya lagi “Loe goblok ya? Kalo si Yuda sampai mati, cerita udah selesai donk?” Oke-oke kalo gitu diadegan selanjutnya kalian liat di adegan-adegan akhir waktu si Yuda berkelahi ditempat yang kayaknya penuh dengan peti kemas, kenapa semua peti kemasnya tulisannya ‘Line’ seakan-akan promosi khusus buat si-‘Line’. Kan, nggak masuk akal juga kalo peti kemas namanya cuman ‘Line’ aja, padahal banyak nama peti kemas selain Line.

Adegan yang menurut gua cukup aneh juga itu sewaktu perkelahian di tempat seperti hotel, yang aneh itu mulai dari adegan awal sampai akhir yang pake senjata api itu cuman dua orang dan bos nya sendiri memilih untuk melawan Yuda dengan tangan kosong. Kalo gua mah dari pada anak buah yang pegang senjata mendingan gua yang pake senjata itu buat melawan si Yuda, bunuh diri namanya kalo tau lawan tangguh dan gua punya senjata tapi malah nggak dipake. Than adegan terakhir yang paling aneh itu ketika kontainer pengangkut gadis-gadis yang disekap itu dibuka dengan mudahnya oleh si Yuda, ‘ya maen tarik pintu gitu dah’. Logikanya kalo segampang itu dibuka dari luar, kenapa orang-orang yang ada didalem gak langsung dorong aja tuh pintu’ kan langsung bisa kebuka?

Gua memang bukanlah seorang pengamat film yang profesional, tapi sebagai penonton yang baik dan benar gua merasa agak dirugikan ketika nonton film tersebut. Gua udah begadang dengan telinga yang sakit gara-gara headphones yang menyesakan, than cerita film yang gua dapet kurang kuat. Walaupun adegan perkelahian yang berdarah-darah cukup keren tapi karena ada beberapa adegan kurang masuk akal jadi down lagi dah mau bilang bagus untuk filmnya. Ok, jadi untuk film ‘Merantau’ penilaian dari gua kalo dari 1-10 menurut gua 7 udah cukup dah. Sipp,........’

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jasik

Jasik adalah sebuah ungkapan kasar / umpatan yang sudah sangat biasa terdengar dan digunakan didaerah Jember dan sekitarnya, tetapi dalam tulisan sederhana ini Jasik merupakan ungkapan spontan yang mempunyai sebuah akronim asik. Ada sebuah cerita yang sebenarnya lagi-lagi berhubungan dengan salah satu oknum polisi. Memang bukan ceritaku sendiri tetapi sebuah pengalaman dari seorang teman yang menurutku lumayan menarik untuk aku share kepada ente-ente semua. Sekitar dua tahun yang lalu temanku yang bernama Budi (nama samaran) sedang mengendarai sepeda motornya dari arah salah satu toko buku menuju ke rumah. Sebenarnya dia menyadari bahwa lampu lalu-lintas telah menyala kuning tetapi Budi tetap meneruskan laju motornya dan bahkan menambah kecepatannya. Selang beberapa menit Budi menyadari bahwa dirinya sedang diikuti bapak polisi dan akhirnya memang sesuai tebakannya bahwa intinya si-Budi dianggap melanggar lampu lalu-lintas. Maka digelandanglah si-Budi ke arah Pos Polisi terdekat dan di...

Ini Motor Gue...

Selama kurang lebih satu tahun aku telah menempuh kuliah di Jember dan faktanya banyak sekali hal-hal yang lumayan menarik untuk di ceritakan. Salah satunya adalah ketika aku melihat para bikers yang selalu setia dengan tunggangannya, tidak semuanya sama, ya! Maka dari itu dari beberapa pengendara motor tersebut aku membuat tipe pengendara yang sesuai dengan motor kesayangan masing-masing, berikut ulasan singkatnya : 1. Tipe Pengendara Bijak. Tipe-tipe seperti ini adalah pengendara yang selalu taat pada aturan yang berlaku. Motor masih standar dari pabrik, menggunakan helm SNI, bersarung tangan, kaca mata hitam, bahkan menggunakan bagasi tambahan, dsb. Tetapi tak jarang juga terlihat sangat repot dengan berbagai hal yang tertempel maupun terpasang di motor sehingga terkadang orang-orang menilai tipe pengendara tersebut tipe pengendara yang sangat rempong. 2. Tipe Pengendara Dungu. Tipe-tipe seperti ini adalah tipe pengendara yang selalu berfikir bahwa semua orang di sekitar dia adalah ...

Dari Nama aja udah Salah

Banci, bencong, waria atau apapun sebutan mereka, sebenarnya tidak pantas bagi kita untuk membedakan dalam lingkungan sosial. Secara medis mereka disebut dengan orang yang mempunyai kepribadian ganda. Kepribadian ganda bukanlah penyakit tetapi dikategorikan sebagai kelainan. Jika beberapa orang berfikir bahwa mereka mempunyai disorientasi seksual, sebenarnya tidak juga. Disorientasi seksual lebih tepat bagi mereka yang homoseksual, ekshibisionisme, ataupun pelaku sodomi. Cara pandang kita memang berbeda tapi bukan berarti kita harus selalu mengolok-olok mereka dengan cara yang tidak sopan. Apalagi jika cara pandang kita salah. Bencis' Juga Manusia lho ya. Pandanglah mereka seperti manusia apa adanya, toh mereka tidaklah menggangu kehidupan pribadi kita. Satu hal lagi yang perlu kita lihat lebih dekat adalah cara penilaian kita terhadap orang-orang yang mempunyai kelainan seksual seperti mereka (di atas). Jika kita mendengar sebuah kata ‘banci’ maka yang ada dibenak pikiran kit...